Pendidikan dan Kehidupan Awal Gus Maksum: Menempa Kepribadian yang Tangguh
Pendidikan
dan Kehidupan Awal Gus Maksum: Menempa Kepribadian yang Tangguh
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Sejak
kecil, Gus Maksum Jauhari sudah menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa.
Pendidikan formalnya dimulai di Sekolah Dasar (SD) Kanigoro, yang menjadi titik
awal bagi perjalanan panjang dalam menuntut ilmu. Namun, meskipun pendidikan
formal memberikan dasar pengetahuan, pendidikan yang paling berpengaruh dalam
hidup Gus Maksum adalah pelajaran agama yang diterimanya di keluarga dan
pesantren. Ayahnya, Kiai Abdullah Jauhari, dan kakeknya, KH. Abdul Karim,
adalah dua sosok utama yang mengarahkan Gus Maksum dalam memahami ilmu agama.
Dari kedua sosok tersebut, Gus Maksum mendapatkan bekal spiritual dan
intelektual yang akan membentuk kepribadiannya hingga dewasa. Ketaatan terhadap
ajaran agama dan sikap hormat kepada orang tua serta guru menjadi nilai-nilai
utama yang terus dia pegang dalam hidupnya.
Sejak
dini, Gus Maksum dididik dengan kedisiplinan yang tinggi, yang menjadi dasar
untuk membentuk karakter dan moralnya. Setiap pagi, ia dan kakak-kakaknya
dibangunkan untuk melaksanakan salat malam (tahajud) dan melanjutkan belajar.
Praktik ini bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga sebagai cara untuk
menanamkan kedisiplinan dalam dirinya. Salat malam di waktu dini hari menjadi
bagian integral dari pendidikan spiritual yang mengasah ketangguhan mental dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. Kebiasaan ini tidak hanya membentuk ketekunan
dalam beribadah, tetapi juga mengajarkan pentingnya pengorbanan dan kesabaran
dalam menjalani setiap tantangan hidup. Gus Maksum belajar bahwa pencapaian
spiritual yang tinggi memerlukan ketekunan dan usaha yang tidak pernah lelah.
Pendidikan
yang diterima Gus Maksum di pesantren sangat berbeda dengan pendidikan formal
yang dia jalani di sekolah. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama, mengajarkan lebih dari sekadar ilmu
duniawi. Nilai-nilai seperti ketaatan pada orang tua dan guru, kesalehan
pribadi, serta kepedulian sosial ditanamkan secara mendalam. Gus Maksum tumbuh
menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki
empati tinggi terhadap orang lain. Kepribadiannya yang penuh kebijaksanaan dan
kerendahan hati menjadi ciri khas yang membedakannya dari banyak orang. Kesan
yang mendalam tentang pentingnya budi pekerti dan akhlak mulia terus membekas
dalam dirinya, menjadi landasan yang kuat dalam menghadapi berbagai dinamika
kehidupan.
Pendidikan
pesantren juga membentuk Gus Maksum menjadi sosok yang memiliki pemahaman
mendalam tentang kehidupan sosial. Di pesantren, interaksi dengan sesama santri
dan guru memperkaya pengalamannya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Selain
ilmu agama, Gus Maksum juga diajarkan untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi,
dengan selalu menghormati sesama, menghargai perbedaan, dan selalu menjaga
sikap positif dalam setiap interaksi. Kesalehan sosial yang diajarkan di
pesantren menjadi bagian integral dari kehidupannya. Ia tidak hanya dilatih
untuk menjadi pribadi yang saleh secara vertikal (hubungan dengan Tuhan),
tetapi juga saleh secara horizontal (hubungan dengan sesama manusia).
Kepribadian yang terbentuk ini kelak membawa Gus Maksum menjadi teladan bagi
banyak orang di sekitarnya.
Dengan
bekal pendidikan agama yang kuat dari orang tua dan pesantren, Gus Maksum
tumbuh menjadi sosok yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi
juga matang dalam kepribadian dan karakter. Pendidikan yang dia terima bukan
hanya bertujuan untuk mencetak individu yang terampil dalam bidang tertentu,
tetapi juga untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia, peduli terhadap
lingkungan sosial, dan selalu mengedepankan nilai-nilai agama dalam kehidupan
sehari-hari. Gus Maksum menunjukkan bahwa pendidikan yang mengutamakan
nilai-nilai moral dan spiritual akan menghasilkan pribadi yang tangguh, penuh
empati, dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Kepribadiannya yang
terbentuk sejak dini menjadi landasan bagi perjalanan panjangnya dalam mengabdi
pada agama, nusa, dan bangsa.