Pendidikan dan Perjalanan Ilmu Kiai Abbas Buntet: Dari Pesantren hingga Tanah Suci
Pendidikan
dan Perjalanan Ilmu Kiai Abbas Buntet: Dari Pesantren hingga Tanah Suci
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Sejak
masa kecilnya, Kiai Abbas sudah menunjukkan potensi yang luar biasa dalam dunia
pendidikan. Ia memulai langkah awal dalam menuntut ilmu di bawah bimbingan sang
ayah, Kiai Abdul Jamil, seorang ulama yang sangat dihormati di Cirebon.
Pendidikan yang diterima di rumahnya sangat memperkaya pengetahuannya tentang
agama dan kehidupan. Ayahnya, sebagai seorang kiai, tidak hanya mengajarkan
ilmu agama, tetapi juga nilai-nilai moral dan kebijaksanaan hidup. Lingkungan
keluarga yang penuh dengan nuansa religius ini membentuk karakter Kiai Abbas
sejak dini, dan menumbuhkan kecintaan yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan.
Sejak usia muda, Kiai Abbas sudah menunjukkan bakat yang menonjol dalam
belajar, dan keseriusannya dalam mendalami ilmu agama membuatnya menjadi salah
satu santri terbaik di lingkungan pesantren.
Pendidikan
Kiai Abbas tidak berhenti di Cirebon. Ia melanjutkan pendidikannya ke berbagai
pesantren besar di Jawa, salah satunya adalah Pesantren Tebuireng di Jombang.
Di sana, Kiai Abbas mendapatkan bimbingan langsung dari Kiai Hasyim Asy'ari,
pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang terkenal dengan pemikirannya yang moderat dan
komitmennya terhadap pendidikan Islam. Di Pesantren Tebuireng, Kiai Abbas
belajar banyak tentang fiqh, tasawuf, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Selain
itu, pesantren ini juga mengajarkan pentingnya memahami agama secara mendalam,
tanpa terbatas pada satu madzhab saja. Pembelajaran yang ia terima di Tebuireng
sangat mempengaruhi pandangan keagamaannya dan memperkaya wawasan intelektualnya,
yang nantinya akan menjadi bekal bagi perjuangannya dalam mengembangkan
pendidikan Islam di tanah air.
Perjalanan
ilmu Kiai Abbas berlanjut ke Mekkah, tempat ia melanjutkan pendidikan keagamaan
dan bertemu dengan sejumlah ulama besar. Di Mekkah, Kiai Abbas belajar di bawah
bimbingan para ulama terkemuka, di antaranya Syekh Ahmad Khatib
Al-Minangkabawi, Syekh Ahmad Zubaidi, dan Syekh Mahfud At-Tarmasi. Para ulama
ini memberikan pengaruh besar dalam perkembangan pemikirannya. Mereka tidak
hanya mengajarkan ilmu agama secara akademis, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai spiritual yang kuat dalam diri Kiai Abbas. Selama di Mekkah, Kiai
Abbas menyerap berbagai ilmu agama dari perspektif yang lebih luas,
menggabungkan keilmuan dari berbagai aliran dan tradisi Islam. Dengan
keseriusannya dalam menuntut ilmu, Kiai Abbas menjadi salah satu santri yang
dihormati oleh para ulama setempat.
Selain
menjadi pelajar yang cerdas, Kiai Abbas juga berperan aktif dalam membimbing
sesama pelajar, khususnya para pelajar dari Nusantara. Di Mekkah, ia dikenal
sebagai salah satu santri senior yang penuh dedikasi dalam membimbing
teman-teman seangkatannya. Beberapa santri yang ia bimbing, seperti Kiai Kholil
Balerante dan Kiai Sulaeman Babakan Ciwaringin, kelak menjadi ulama yang juga
sangat berpengaruh di Indonesia. Keberadaan Kiai Abbas di Mekkah tidak hanya
sebagai seorang pelajar, tetapi juga sebagai guru dan teladan bagi para santri
lainnya. Hal ini mencerminkan betapa besar pengaruhnya dalam dunia pendidikan
Islam, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi perkembangan ilmu di
tanah air.
Kiai
Abbas dikenal sebagai sosok yang tidak hanya mengutamakan ilmu, tetapi juga
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
yang ia terima, baik di pesantren-pesantren besar di Indonesia maupun di
Mekkah, membentuknya menjadi seorang ulama yang memiliki wawasan luas, tidak
hanya dalam bidang agama, tetapi juga dalam hal kebijakan sosial dan keagamaan.
Dedikasinya dalam membimbing santri dan menyebarkan ilmu membuatnya dihormati
oleh banyak orang. Ilmu yang ia peroleh tidak hanya terbatas pada kajian
keagamaan, tetapi juga pada upaya untuk mengembangkan masyarakat dan umat Islam
secara keseluruhan. Melalui perjalanan ilmu yang panjang dan dedikasinya yang tinggi,
Kiai Abbas telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah pendidikan
Islam di Indonesia, serta memberi inspirasi bagi banyak orang yang ingin
menuntut ilmu dan mengamalkan ajaran agama dengan tulus.