Pertemuan Nabi Muhammad dengan Para Nabi dalam Perjalanan Mi'raj
Pertemuan Nabi Muhammad dengan Para Nabi dalam Perjalanan Mi'raj
Penulis
Sumarta
(Akang Marta)
Dalam perjalanan Mi'raj yang luar biasa, Nabi Muhammad SAW diberi kesempatan
untuk bertemu dengan beberapa nabi yang telah mendahuluinya. Peristiwa ini
bukan hanya sebuah perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang
mendalam, yang memberikan pesan penting tentang hubungan antar nabi dan
kesinambungan wahyu yang diterima umat manusia. Pertemuan-pertemuan ini
tercatat dalam berbagai hadis sahih yang mengungkapkan dialog antara Nabi
Muhammad dan nabi-nabi terdahulu, yang masing-masing membawa pelajaran berharga
bagi umat Islam. Pertemuan ini menggarisbawahi pentingnya silaturahmi antarnabi
sebagai simbol persatuan dalam misi kenabian.
Salah satu pertemuan paling terkenal adalah pertemuan Nabi Muhammad SAW
dengan Nabi Adam di langit pertama. Dalam hadis-hadis yang sahih, dijelaskan
bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Nabi Adam yang berada di langit pertama. Nabi
Adam menyambut Nabi Muhammad dengan penuh kehangatan dan memberikan salam
kepada beliau. Pertemuan ini memiliki makna yang dalam, yaitu bahwa seluruh
nabi memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah, dan mereka saling mendukung
dalam menyampaikan wahyu. Nabi Adam, sebagai nabi pertama, memberikan pelajaran
tentang pentingnya keteguhan hati dan kesabaran dalam menghadapi ujian dari
Allah.
Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanannya ke langit kedua dan
bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Dalam hadis sahih yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa Nabi Isa dan Nabi Yahya
menyambut kedatangan beliau dengan rasa hormat yang mendalam. Kedua nabi ini
dikenal dengan keistimewaan mereka dalam menghadapi cobaan besar dalam hidup
mereka. Pertemuan dengan kedua nabi ini mengajarkan umat Islam tentang
pentingnya kebersamaan dan saling mendukung antara umat nabi-nabi yang berbeda,
meskipun mereka menghadapi ujian yang berbeda-beda. Keduanya juga memberikan
pengingat tentang peran penting perjuangan mereka dalam memperjuangkan agama
Allah.
Dalam perjalanan Mi'raj, Nabi Muhammad SAW juga bertemu dengan Nabi Ibrahim
di langit keenam. Hadis-hadis sahih mengungkapkan bahwa Nabi Ibrahim menyambut
Nabi Muhammad dengan penuh kasih dan mengatakan bahwa beliau adalah nabi yang
sangat istimewa di mata Allah. Pertemuan ini mengingatkan umat Islam akan
pengorbanan besar yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dalam menegakkan ajaran
Allah, termasuk peristiwa hampir disembelihnya anaknya, Nabi Ismail. Dialog
antara Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim menunjukkan bahwa setiap nabi memiliki
perjalanan spiritual yang menguatkan kedudukan mereka di hadapan Allah. Mereka
merupakan contoh yang hidup dari ketundukan total kepada kehendak Tuhan.
Salah satu pertemuan paling berkesan dalam perjalanan Mi'raj adalah ketika
Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa. Dalam riwayat hadis, Nabi Musa
memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad terkait dengan kewajiban salat.
Awalnya, Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan salat 50 kali
sehari, tetapi atas saran Nabi Musa, Nabi Muhammad kemudian memohon keringanan
kepada Allah, sehingga jumlah salat yang diwajibkan menjadi lima kali sehari.
Pertemuan ini memperlihatkan rasa empati Nabi Musa terhadap umat Muhammad, yang
menunjukkan kedalaman kasih sayang antar nabi. Nasihat Nabi Musa ini menjadi
salah satu momen penting dalam perjalanan Mi'raj, yang menunjukkan betapa besar
perhatian para nabi terhadap umatnya.
Perjalanan Mi'raj tidak hanya melibatkan pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan
para nabi, tetapi juga memberikan pengajaran penting tentang pentingnya
hubungan yang erat antara umat manusia dengan Allah. Di setiap langit, Nabi
Muhammad tidak hanya belajar tentang kehidupan nabi-nabi terdahulu, tetapi juga
menerima wahyu yang sangat penting, termasuk perintah salat. Salat yang
diwajibkan sebanyak lima kali sehari menjadi tiang agama Islam dan merupakan
ibadah utama yang menghubungkan umat Islam dengan Allah. Melalui perjalanan
ini, umat Islam diajarkan tentang pentingnya menjalankan perintah Allah dengan
penuh ikhlas dan berserah diri kepada-Nya.
Referensi
Al-Bukhari, M. (1997). Sahih al-Bukhari (Vol. 1). Dar al-Ilm li
al-Malayin.
Muslim, I. (1998). Sahih Muslim (Vol. 2). Dar al-Ma'arifah.
Al-Qur'an al-Karim, Surah Al-Isra: 1.