Pondok Pesantren Mangli: Mendirikan Tradisi Keilmuan di Lereng Merapi
Pondok
Pesantren Mangli: Mendirikan Tradisi Keilmuan di Lereng Merapi
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
Pada
tahun 1956, Mbah Mangli, setelah mengasuh majelis taklim selama tiga tahun,
memutuskan untuk menetap di Dusun Mangli, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang. Di sini, beliau mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah yang
kemudian dikenal dengan nama Pondok Pesantren Mangli. Pilihan untuk mendirikan
pesantren di lokasi yang terpencil dan berada di ketinggian 1.200 meter di atas
permukaan laut bukanlah keputusan sembarangan. Keberadaan pesantren di daerah
yang sejuk dan dikelilingi oleh pepohonan pinus memberikan ketenangan
tersendiri bagi para santri. Lingkungan yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk
kehidupan kota menjadi tempat yang ideal bagi mereka yang ingin mendalami ilmu
agama dan memperdalam akhlak. Suasana ini juga sangat mendukung para santri
untuk belajar dengan kepala dingin dan hati yang penuh ketenangan, jauh dari
godaan dan distraksi dunia luar yang dapat mengganggu proses belajar mereka.
Pesantren
Mangli bukan hanya dikenal karena lokasi geografisnya yang indah dan sejuk,
tetapi juga karena nilai-nilai spiritual yang diajarkan oleh Mbah Mangli. Kejernihan
mata air yang ada di daerah sekitar Mangli dipercaya memiliki simbolisme yang
sangat mendalam. Mbah Mangli meyakini bahwa air yang jernih mencerminkan hati
dan pikiran yang bersih. Dengan harapan agar para santri dapat belajar dengan
hati yang bersih, beliau ingin agar mereka tidak hanya menguasai ilmu agama,
tetapi juga memiliki kejelasan dalam berpikir dan bertindak. Air yang jernih,
menurut beliau, akan memfasilitasi seseorang dalam menghadapi setiap persoalan
hidup dengan bijaksana, serta menjauhi tindakan yang tercela. Dalam setiap
ajaran yang diberikan, Mbah Mangli selalu menekankan pentingnya akhlak yang
baik dan mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan.
Pondok
Pesantren Mangli menjadi tempat yang bukan hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi
juga mengasah jiwa dan karakter para santri. Dengan segala tantangan yang
dihadapi, seperti cuaca yang terkadang tidak bersahabat dan lokasi yang
terpencil, pesantren ini mengajarkan para santri untuk memiliki keteguhan hati
dan kesabaran yang tinggi. Mereka diajarkan untuk tidak hanya mengandalkan
kecerdasan otak, tetapi juga keteguhan iman dan kemauan yang keras. Mbah Mangli
ingin membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi
juga kuat dalam menghadapi ujian hidup. Pesantren ini mengajarkan bahwa
keberhasilan sejati adalah ketika seseorang dapat menjaga prinsip hidup dan
menjalankan ajaran agama dengan penuh penghayatan, meskipun hidup dalam keadaan
sulit sekalipun.
Bagi
masyarakat sekitar, Pondok Pesantren Mangli tidak hanya sekadar tempat belajar
agama, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan budaya. Banyak kegiatan yang
melibatkan masyarakat dalam berbagai hal, seperti pengajian, perayaan hari
besar Islam, dan kegiatan sosial lainnya. Mbah Mangli percaya bahwa pesantren
seharusnya menjadi tempat yang tidak hanya mendidik para santri, tetapi juga
berfungsi sebagai pilar yang mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan
adanya pesantren, masyarakat mendapat tempat untuk memperdalam ilmu agama,
memperbaiki akhlak, dan juga memperkuat persatuan antar sesama. Kehadiran
pesantren ini memberi dampak positif yang luas, bukan hanya untuk para santri,
tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pondok
Pesantren Mangli, yang didirikan oleh Mbah Mangli, kini menjadi salah satu
pondok pesantren yang berpengaruh di Jawa Tengah. Dengan semangat dan
nilai-nilai yang diwariskan oleh beliau, pesantren ini terus berkembang dan
melahirkan banyak santri yang berprestasi. Keberadaan pesantren ini juga terus
mengingatkan kita akan pentingnya menjaga ketenangan hati dan kejernihan
pikiran dalam setiap langkah kehidupan. Warisan yang ditinggalkan oleh Mbah
Mangli menjadi bukti bahwa pendidikan agama yang dijalani dengan ketulusan dan
kesederhanaan akan menghasilkan generasi yang bukan hanya cerdas dalam ilmu,
tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan hati yang penuh kebaikan.