Refleksi dan Harapan: Menjadi Teladan dalam Dakwah
Refleksi dan Harapan: Menjadi Teladan dalam Dakwah
Kontributor
Sumarta
(Akang Marta)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMfvSK9In0EPyDIg9tK-J6YKy1IYRhBC0huWztQljSWrWEmDOhf6m-AU-DBhaspwXQt3QCiP6lwmSFMMXo8IcHQE4OnaXM13WZhiOeI1BE4aN0KX4F2DpxiwKbjHHFXRCKffnxmdfRv7sSQGdW7HISn9eU_77zj0xjcnziZ4m9Qad3VdTOOVvvNNxFLmk/s320-rw/Screenshot_20241211_035501_Chrome.jpg)
Miftah M. H.
![]() |
Miftah M. H. |
Kontroversi yang melibatkan Gus Miftah seharusnya menjadi momen refleksi
bagi dirinya dan juga bagi para tokoh publik lainnya. Setiap orang, termasuk
figur publik, tidak luput dari kesalahan. Namun, yang menjadi permasalahan
adalah ketika kesalahan yang sama terulang kembali tanpa ada perubahan
signifikan. Kesalahan pertama mungkin bisa dimaklumi, tetapi apabila itu
terulang, maka muncul pertanyaan tentang kesadaran diri dan upaya untuk
memperbaiki diri. Bagi masyarakat, terutama yang mengandalkan penceramah untuk
memberi contoh moral dan spiritual, pengulangan kesalahan menunjukkan bahwa ada
ketidakseriusan dalam menjaga sikap dan perkataan. Oleh karena itu, Gus Miftah dan
figur publik lainnya diharapkan dapat melihat setiap kritik yang datang bukan
sebagai serangan, melainkan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri,
meningkatkan kesadaran, dan memperbaiki hubungan dengan masyarakat.
Sikap rendah hati dan komitmen untuk terus berubah menjadi lebih baik adalah
hal yang sangat diharapkan oleh masyarakat. Sebagai seorang tokoh agama, Gus
Miftah diharapkan dapat lebih bijak dalam menyikapi setiap kritik yang datang.
Tidak hanya dengan meminta maaf secara formal, tetapi juga dengan menunjukkan
perubahan nyata dalam sikap dan tindakannya. Masyarakat menghargai mereka yang
mampu melakukan introspeksi dan tidak berlama-lama dalam kesalahan. Tanggung
jawab yang diemban oleh seorang tokoh agama sangat besar, apalagi ketika mereka
juga memegang jabatan publik yang mengharuskan mereka untuk menampilkan sikap
teladan. Ketika mereka memperlihatkan sikap rendah hati dan kesediaan untuk
berubah, hal tersebut menjadi contoh yang sangat berharga bagi masyarakat yang
mengikutinya.
Dalam dunia dakwah, penceramah seperti Gus Miftah memegang peran yang sangat
penting dalam membentuk pandangan dan moral masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat sangat mengharapkan agar penceramah dapat mengedepankan nilai-nilai
kebaikan dalam setiap ceramah yang disampaikan. Setiap kata dan tindakan yang
diambil oleh penceramah harus mencerminkan ajaran agama yang mengajarkan
kedamaian, kasih sayang, dan kebijaksanaan. Meskipun humor dapat menjadi salah
satu sarana untuk menarik perhatian jamaah, penceramah harus selalu ingat bahwa
humor yang disampaikan harus tetap menghormati perasaan orang lain dan tidak
menyakiti siapapun. Humor yang bijaksana akan memperkaya pesan dakwah, tetapi
humor yang tidak tepat bisa mengarah pada salah paham dan bahkan menimbulkan
perpecahan.
Masyarakat juga berharap agar para penceramah dapat terus memberikan contoh
yang baik, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Mereka tidak hanya diharapkan
menjadi pembicara yang fasih dan pintar dalam menyampaikan pesan agama, tetapi
juga menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Penceramah yang mampu
memperlihatkan kebaikan dalam setiap sikap dan tindakannya akan lebih dihargai
dan diikuti oleh jamaah. Mereka yang mendengarkan tidak hanya ingin mendengar
kata-kata bijak, tetapi juga ingin melihat bagaimana kata-kata tersebut
diwujudkan dalam tindakan nyata. Ini adalah tantangan besar bagi setiap
penceramah untuk senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih
bijaksana.
Kesalahan yang terjadi dalam dunia dakwah, baik itu dalam bentuk pernyataan
yang tidak tepat ataupun perilaku yang kurang bijaksana, harus dijadikan
momentum untuk merenung dan memperbaiki diri. Gus Miftah dan penceramah lainnya
memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa mereka tidak hanya dapat belajar
dari kritik, tetapi juga mengimplementasikan perubahan yang nyata. Harapan
masyarakat adalah agar penceramah tetap menjaga lisan dan tindakannya,
mengutamakan nilai-nilai kebaikan, serta mampu memberikan contoh nyata dalam
hidup mereka. Ini adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa dakwah
yang disampaikan tetap membawa manfaat dan tidak menimbulkan kontroversi yang
merugikan.