Sejarah yang Beragam: Babad vs. Naskah Sejarah

 

Sejarah yang Beragam: Babad vs. Naskah Sejarah

Kontributor

Sumarta (Akang Marta)

 


Keberagaman sejarah di Cirebon tercermin dalam dua keraton utama, yaitu Kanoman dan Kesepuhan, yang masing-masing memiliki cara unik dalam merekam dan menceritakan masa lalu. Keraton Kanoman lebih memilih Babad sebagai sumber utama sejarah mereka. Babad adalah sebuah bentuk narasi lisan atau tulisan tradisional yang sering kali diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Biasanya, babad ini berisi cerita tentang pendiri kerajaan, tokoh-tokoh penting, dan peristiwa bersejarah yang menjadi bagian dari identitas sebuah keraton. Tradisi ini lebih bersifat cerita rakyat yang dikisahkan dalam bentuk cerita panjang, menggambarkan sejarah melalui cara yang lebih emosional dan personal. Babad dalam konteks Keraton Kanoman bukan hanya sebagai catatan sejarah, tetapi juga sebagai bentuk penguatan identitas budaya dan politik keraton tersebut.

Sementara itu, di Keraton Kesepuhan, sejarah lebih banyak dirujuk pada naskah sejarah yang ditulis dengan cara yang lebih sistematis dan terstruktur. Salah satu referensi utama yang dijadikan pegangan adalah karya Pangeran Wangsakerta, seorang tokoh penting dalam sejarah Cirebon. Naskah-naskah ini lebih bersifat dokumentasi tertulis yang menyajikan peristiwa-peristiwa sejarah dengan lebih rinci dan berdasarkan pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Naskah sejarah ini cenderung lebih formal dan berusaha untuk menggambarkan peristiwa secara objektif, meskipun tetap memiliki nilai-nilai kultural yang erat dengan tradisi Kesepuhan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pendekatan dalam merekam sejarah antara dua keraton ini, tetapi tetap memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menjaga warisan budaya dan mengenang peristiwa-peristiwa besar yang membentuk Cirebon.

Perbedaan pendekatan antara Babad dan naskah sejarah tidak berarti bahwa cerita dan tokoh yang tercatat dalam kedua sumber tersebut bertentangan. Meskipun cara penyampaiannya berbeda, tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa sejarah yang diceritakan dalam kedua keraton tersebut cenderung memiliki kesamaan. Ini menunjukkan adanya keselarasan dalam narasi sejarah yang berkembang di Cirebon, meskipun terdapat banyak versi yang berbeda. Misalnya, baik dalam Babad maupun dalam naskah sejarah Kesepuhan, kisah tentang perjuangan tokoh-tokoh besar seperti Sunan Gunung Jati atau perjalanan politik dan budaya Cirebon tetap menjadi inti dari cerita yang diceritakan. Perbedaan cara penyampaian ini justru memperkaya dan melengkapi satu sama lain, memberikan perspektif yang lebih luas tentang sejarah Cirebon dari berbagai sudut pandang.

Kekayaan budaya Cirebon yang tercermin dalam Babad dan naskah sejarah menjadi cermin dari keragaman cara pandang dalam memahami sejarah. Sementara Babad memberikan nuansa lebih personal dan emosional dengan penekanan pada cerita rakyat, naskah sejarah Kesepuhan menawarkan pendekatan yang lebih formal dan dokumentatif. Kedua bentuk narasi ini, meskipun berbeda, memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengabadikan warisan sejarah yang kaya dan memberikan pelajaran bagi generasi mendatang. Dengan adanya dua sumber ini, kita bisa memahami bagaimana sejarah Cirebon berkembang, baik melalui lisan yang diwariskan turun-temurun maupun melalui tulisan yang lebih terstruktur dan sistematis. Ini merupakan contoh nyata bagaimana sebuah budaya dapat beradaptasi dengan zaman dan terus mempertahankan esensinya dalam berbagai bentuk.

Dengan adanya Babad dan naskah sejarah sebagai dua bentuk pencatatan sejarah yang berbeda, masyarakat Cirebon telah berhasil menjaga warisan budaya mereka dengan cara yang beragam namun tetap saling melengkapi. Keberagaman ini menjadi kekuatan dalam memperkaya pemahaman kita tentang sejarah Cirebon, yang tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang, tetapi dari berbagai perspektif yang ada. Ini juga mengajarkan kita bahwa dalam memahami sejarah, kita harus terbuka terhadap berbagai versi dan interpretasi yang mungkin muncul. Melalui kedua sumber sejarah ini, kita bisa melihat bagaimana kekayaan budaya lokal Cirebon terus hidup, berkembang, dan memberikan kontribusi pada pemahaman sejarah yang lebih holistik dan inklusif.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel