Transformasi China: Dari Stabilitas Sosial hingga Ambisi Global di Era Xi Jinping
Transformasi China: Dari Stabilitas Sosial hingga Ambisi Global di Era Xi
Jinping
Penulis
Sumarta (Akang
Marta)
China telah mengalami transformasi luar biasa dalam dua dekade terakhir,
beralih dari negara dengan ekonomi yang lebih tertutup menjadi salah satu
kekuatan global yang dominan. Perubahan besar ini dimulai dengan kepemimpinan
Hu Jintao, yang menekankan pentingnya stabilitas sosial dan ekonomi dalam
membangun dasar bagi pertumbuhan yang berkelanjutan. Di bawah Hu, China fokus
pada kebijakan pembangunan inklusif yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sosial dan memberikan akses lebih besar terhadap pendidikan, perawatan
kesehatan, dan pekerjaan di seluruh lapisan masyarakat. Dengan mengutamakan
stabilitas internal, China berhasil mengatasi tantangan besar seperti
kemiskinan ekstrem dan kesenjangan sosial yang mengancam kesejahteraan rakyat.
Namun, meskipun pencapaian ini luar biasa, ketimpangan antara wilayah pesisir
yang maju dan daerah pedalaman yang tertinggal tetap menjadi masalah besar yang
harus diatasi oleh pemerintah.
Setelah Hu Jintao, Xi Jinping mengambil alih kepemimpinan dengan visi yang
lebih ambisius dan fokus pada penciptaan China yang lebih kuat dan makmur. Di
bawah Xi, China tidak hanya berfokus pada stabilitas domestik, tetapi juga
memperkenalkan kebijakan-kebijakan besar yang bertujuan menjadikan negara ini
sebagai kekuatan global yang lebih berpengaruh. Salah satu inisiatif terbesar
yang diluncurkan oleh Xi adalah Belt and Road Initiative (BRI), yang bertujuan
untuk memperkuat konektivitas antara China dan negara-negara lain melalui
pembangunan infrastruktur global yang besar. Dengan BRI, China memperluas
pengaruh politik, ekonomi, dan budayanya di seluruh dunia. Ini juga membantu
negara-negara berkembang mendapatkan akses ke investasi dan teknologi yang
dapat mempercepat pembangunan mereka, sekaligus memperkuat posisi China sebagai
pemimpin dalam perekonomian global.
Selain BRI, Xi Jinping juga memperkenalkan program Made in China 2025 yang
bertujuan untuk mengurangi ketergantungan China pada teknologi asing dan
menjadikan negara ini sebagai pemimpin global dalam sektor-sektor teknologi
tinggi, seperti kecerdasan buatan, robotika, dan kendaraan listrik. Melalui
kebijakan ini, China berusaha memperkuat sektor manufaktur dalam negeri dengan
mengembangkan teknologi yang lebih maju dan meningkatkan daya saing
perusahaan-perusahaan domestik di pasar global. Perusahaan-perusahaan besar
China, seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent, telah meraih kesuksesan luar biasa
dan mendominasi pasar global dalam berbagai bidang teknologi dan e-commerce.
Namun, kebijakan ini juga menuai tantangan, khususnya dalam menghadapi
pergeseran hubungan internasional yang semakin kompleks dan persaingan dengan
negara-negara Barat yang khawatir dengan meningkatnya pengaruh teknologi China.
Salah satu aspek penting dari visi Xi Jinping adalah penciptaan masyarakat
yang lebih adil dan sejahtera melalui pembangunan inklusif dan pengentasan
kemiskinan. Di bawah kepemimpinan Xi, China berhasil mengangkat lebih dari 800
juta orang dari kemiskinan ekstrem dalam beberapa dekade terakhir. Ini adalah
pencapaian luar biasa yang menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan
bahwa hasil pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Pemerintah China telah meluncurkan berbagai kebijakan sosial yang
mencakup pendidikan, perumahan, pelatihan keterampilan, dan akses kesehatan
yang lebih baik di daerah-daerah yang sebelumnya tertinggal. Pembangunan
infrastruktur di daerah pedalaman juga menjadi prioritas utama untuk mengurangi
kesenjangan antara wilayah pesisir yang maju dan wilayah pedalaman yang kurang
berkembang.
Namun, meskipun kemajuan ini mengesankan, tantangan yang dihadapi oleh China
tidak bisa diabaikan. Ketergantungan pada sektor industri berat dan ekspor,
masalah lingkungan yang semakin mendesak, serta ketegangan internasional dengan
negara-negara besar seperti Amerika Serikat menjadi hambatan yang harus diatasi
oleh pemerintah China. Ketimpangan sosial antara wilayah-wilayah kaya dan
miskin juga tetap menjadi isu yang memerlukan perhatian lebih, terutama dalam
menciptakan masyarakat yang lebih setara. Sementara itu, perubahan demografis,
seperti penurunan laju pertumbuhan populasi, juga menjadi tantangan yang
mempengaruhi dinamika tenaga kerja dan daya saing ekonomi China di masa depan.
Meskipun menghadapi tantangan besar, masa depan China terlihat semakin cerah
dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung kemajuan teknologi, pengentasan
kemiskinan, dan pembangunan yang inklusif. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan terus berkembang, China diperkirakan akan terus menjadi salah satu
pemain utama dalam perekonomian global. Namun, untuk menjaga keberlanjutan
kemakmuran, China harus terus beradaptasi dengan tantangan baru, baik yang
bersifat domestik maupun internasional. Peran China dalam menciptakan tatanan
dunia yang lebih multipolar juga akan semakin penting, di mana negara ini harus
bekerja sama dengan kekuatan global lainnya untuk menciptakan dunia yang lebih
seimbang dan adil bagi seluruh umat manusia.
Pada akhirnya, transformasi China dalam dua dekade terakhir mencerminkan
ambisi besar dan tekad untuk menjadi kekuatan global yang dominan, baik dalam
aspek ekonomi, politik, maupun militer. Melalui kebijakan-kebijakan besar
seperti Belt and Road Initiative, Made in China 2025, dan upaya pengentasan
kemiskinan, China telah mengukir prestasi besar dalam mencapai stabilitas dan
kemakmuran. Meskipun masih menghadapi tantangan yang signifikan, China terus
maju dengan visi besar untuk menciptakan dunia yang lebih multipolar, di mana
kekuatan global tersebar lebih merata dan memberi peluang bagi negara-negara
berkembang untuk lebih berperan dalam membentuk masa depan dunia.